Kamis, 10 Desember 2015

Materi Makalah tentang Psikopat

Materi Makalah tentang Psikopat


PENDAHULUAN

Di media massa, akhir-akhir diramaikan dengan berita penangkapan seorang pembunuh dan pelaku mutilasi. Orang ini diyakini sudah membunuh banyak orang, dan semua dilakukan dalam rentang waktu tak begitu lama. Diduga kuat, tersangka pelaku ini seorang psikopat.
Psikopat adalah suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Di indonesia kasus psikopat sudah menjadi hal yang umum atau tidak asing lagi. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus-kasus psikopat seperti kasus ryan dari jombang, kasus babe serta kasus-kasus yang lainnya.  Menurut seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D. Hare telah melakukan penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri. (http://id.wikipedia.org/wiki/Psikopat).
Istilah Psikopat sejak 1952 diganti dengan Sosiopat dan dalam DSM II 1968 resmi dinamakan Sosiopat (Ramsland, tanpa tahun) itu, justru tidak bisa ditemukan dalam DSM IV. Yang ada dalam manual baku yang digunakan oleh para psikitaer di seluruh Amerika Serikat (dan diacu juga oleh para psikolog klinis dan psikiater dan psikolog di Indonesia) itu adalah 10 jenis kelainan kepribadian (Personality Disorders) (American Psychiatric Association, 1994: 629).  Hare menjelaskan bahwa ada dua unsur utama dalam pengertian Psikopat, yaitu faktor afektif atau interpersonal dan faktor gaya hidup sosial yang menyimpang.
Penelitian lain yang dilakukan Miller & Lynam menyatakan bahwa kepribadian psikopat bersumber kepada kelainan kepribadian itu sendiri, karena ia menemukan korelasi antara perilaku orang-orang dengan sindrom psikopat, dengan skor yang tinggi dalam test kepribadian yang disebut Revised NEO Personality Inventory (NEO-P-I-R, 1992).
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar klinis dengan sengaja memfokuskan pada salah satu topik klinis yaitu psikopat.

ISI

A.    DEFINISI
Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut "orang gila tanpa gangguan mental". Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Psikopat)
Dalam DSM IV dan PPDGJ kata psikopat sudah di hapuskan, namun Hare dalam bukunya Without Conscience (1993) menyebutkan secara eksplisit bahwa psikopat adalah jenis gangguan kepribadian yang ditunjukan dengan perilaku khas tertentu dan perilaku khas tersebut di pandang buruk oleh masyarakat.

B.     SEBAB-SEBAB
1.      Biologis
Hare sendiri memeriksa seorang pasien pria, berusia 46 tahun bernama AI yang menunjukkan semua gejala psikopat. Hasilnya adalah bahwa pada AI ditemukan kelainan di otak, yaitu bahwa AI tidak dapat memisahkan stimulus yang bersifat rasional dari yang emosional. Semua stimulus diolah sekaligus oleh belahan otak kiri (pusat rasio) dan otak kanannya (pusat emosi). Karena itu menurut Hare seorang psikopat bukan sekedar berbohong atau hipokrit (munafik), tetapi ada sesuatu yang lebih serius di baliik itu, yaitu ada kelainan di otaknya (Hare, 1999).
2.      Psikis
Menurut Kirkman, mereka yang berkepribadian psikopat mempunyai latar belakang masa kecil yang tidak memberi peluang untuk perkembangan emosinya secara optimal. Anak-anak yang tidak dididik dan diasuh sedemikian rupa sehingga emosinya berkembang dengan baik, akan tumbuh menjadi orang-orang yang tidak bisa berempati dan tidak mempunyai kata hati (consceince). Dengan perkataan lain, mereka akan menjadi orang dengan kepribadian Psikopat.
3.      Sosial
Seseorang yang psikopat biasanya cuek pada norma-norma sosial, tak peduli pada aturan, dan pemberontak. Kepribadiannya yang sulit ditebak, bisa terlihat dari ketidakstabilannya dalam hubungan interpersonal, citra diri, serta selalu bertindak menuruti kata hati. Tanpa peduli perbuatannya itu salah atau benar, mengganggu orang atau tidak. Orang seperti ini cenderung impulsif (melakukan sesuatu tanpa pikir panjang), dan berpikiran negatif serta memiliki sifat pendendam.
4.      Spiritual
Adanya sikap  dan perilaku  yang menampakkan suatu yang dipandang baik oleh orang lain, padahal di dalam hatinya tersembunyi kebusukan, keburukan, dan kebobrokan. Apa yang ditampakkan tidak sama dengan apa yang dirasakan di dalam kalbunya. Indikator gangguan kepribadian antara lain adalah suka menipu (QS An-Nisa : 142), menyembunyikan kejalekan di dalam hatinya (QS. At-Taubah : 64), perbuatannya  dalam kefasikan atau dosa (QS. At-Taubah : 67), sikapnya suka berdusta.
 
C.    PERSPEKTIF ALIRAN-ALIRAN
1.      Psikoanalisis
Terjadi karena dorongan-dorongan bawah sadar terhadap pemuasan id ditambah dengan rendahnya kontrolnya ego sehingga id lebih dominan dan akhirnya dia melakukan segala cara untuk memuaskan id nya seperti membunuh, dan menyakiti orang lain, atau menipu.  Disamping itu, orang yang menderita gangguan tersebut mempunyai super ego yang tumpul sehingga ia tidak merasa bersalah atas apa yang telah di lakukannya meskipun perilakunya sudah merugikan banyak orang.
2.      Behavioristik
Teori behavioristik memandang bahwa gangguan kepribadian psikopat di sebabkan oleh proses belajar yang salah selama rentang kehidupanya. Ia tidak memahami perilaku mana yang benar dan perilaku mana yang salah. Anak yang tidak pernah mendapatkan reward atas hasil baik yang ia lakukan justru ia selalu mendapatkan perilaku dan pengalaman yang tidak menyenangkan saat melakukan perbuatan yang baik maupun yang buruk. Maka anak tersebut belajar bahwa, tidak ada yang namanya benar. Tetapi, apapun yang ia lakukan akan sama saja dampaknya
3.      Humanistik
Dalam teori humanistik, gangguan tersebut di sebabkan oleh terhambatnya dan tidak tercapainya proses menuju aktualisasi diri yang sehat. Seseorang yang menderita gangguan tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Baik kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan rasa cinta dan dicintai.
4.      Psikologi Islami
Psikopat merupakan gangguan kepribadian yang ke tiga, dalam bukunya Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi  Islam. Hal ini bisa di sebut juga dengan nifaq. Yaitu sikap  dan perilaku  yang menampakkan suatu yang dipandang baik oleh orang lain, padahal di dalam hatinya tersembunyi kebusukan, keburukan, dan kebobrokan. Apa yang ditampakkan tidak sama dengan apa yang dirasakan di dalam kalbunya. Indikator gangguan kepribadian antara lain adalah suka menipu (QS An-Nisa : 142), menyembunyikan kejalekan di dalam hatinya (QS. At-Taubah : 64), perbuatannya  dalam kefasikan atau dosa (QS. At-Taubah : 67), sikapnya suka berdusta.
5.      Kognitif
Psikopat terjadi karena mengalami distorsi kognitif. Ia berfikir bahwa ia dapat mendapatkan apa saja yang ia mau dengan melakukan apa saja yang ia inginkan untuk membawanya kepada sesuatu yang ia inginkan tersebut meskipun perilakunya membawa pengaruh atau efek buruk bagi orang lain.

D.    GEJALA
1.      Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
2.      Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
3.      Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
4.      Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
5.      Sikap psikopat di usia dewasa.
6.    Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
7.      Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
8.      Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
9.      Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
10.  Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar -- bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah "dingin".
11.  Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.

E.     ONSET
Onset gangguan adalah sebelum usia 15 tahun. Anak perempuan biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki biasanya lebih awal. (Kaplan & Sadock)

F.     PREVALENSI
Prevalensi gangguan kepribadian adalah 3 persen pada laki-laki dan 1 persen pada wanita. Keadaan ini paling sering ditemukan pada daerah perkotaan yang miskin dan di antara penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah tersebut. Anak laki-laki dengan gangguan berasal dari keluarga yang lebih tinggi. Dibandingkan anak perempuan dengan gangguan.
Di dalam populasi penjara, prevalensi gangguan kepribadian psikopat mungkin setinggi 75 persen. Suatu pola familial ditemukan di mana gangguan lima kali lebih sering pada sanak saudara derajat pertama dari laki-laki. (Kaplan & Sadock)


G.    TERAPI
Jika pasien gangguan kepribadian psikopat diimobilisasi (sebagai contohnya, di masukkan di dalam rumah sakit), mereka seringkali dapat menjalani psikoterapi. Dalam proses terapi, dukungan dari kelompok sangat menentukan perubahan perilaku. Oleh sebab itu, maka terapi kelompok lebih dapat menghilangkan gangguan di bandingkan dengan memasukannya kedalam penjara.
Sebelum terapi dimulai, sangat penting untuk dibuat batasan-batasan yang kuat terlebih dahulu. Ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak diri sendiri pada klien. Dan untuk mengatasi rasa takut klien gangguan kepribadian psikopat terhadap keintiman, ahli terapi harus menggagalkan usaha klien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain dalam melakukan hal itu, ahli terapi menghadapi tantangan memisahkan kendali dari hukuman dan memisahkan pertolongan dan konfrontasi dari isolasi sosial dan ganti rugi.
Farmakoterapi. Farmakoterapi digunakan untuk menghadapi gejala yang diperkirakan akan timbul seperti kecemasan, penyerangan, dan depresi. Tetapi karena klien seringkali merupakan penyalahguna zat, obat harus digunakan secara bijaksana. Jika klien menunjukan bukti-bukti adanya gangguan defisit atensi/ hiperaktifitas, psikostimulan, seperti methylphenidate (ritalin), mungkin digunakan. Harus di lakukan usaha untuk mengubah metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengendalikan perilaku impulsif dengan obat antiepileptik, khususnya jika bentuk gelombang abnormal ditemukan pada EEG.

H.    PREVENSI
Kirkman, yang percaya bahwa psikopat terbentuk karena salah asuh pada masa kecil, berpendapat bahwa psikopat bisa dicegah dengan indikasi kelainan kepribadian itu bisa dideteksi sedini mungkin dan diberi asuhan sedemikian rupa sehingga meminimalkan resiko individu dari kekurangan afeksi pada masa kecilnya yang akan meyebabkan berkembangnya perilaku yang merugikan dari seorang psikopat. (Kaplan & Sadock)


I.       KUALITAS HIDUP
Berdasarkan pengamatan kami terhadap berbagai film yang bertema psikopat, seperti the orphan dan saw dapat kami ambil kesimpulan bahwa penderita gangguan ini mempunyai kualitas hidup yang sama seperti orang normal. Mereka tidak merasakan adanya suatu gangguan dalam diri mereka. Bahkan perilaku mereka tidak membawa hal buruk terhadap dirinya. Yang membedakan hanyalah perilaku mereka yang cenderung maladaptif dan cenderung merugikan orang lain demi kepentingan dan kepuasan dirinya sendiri.


KESIMPULAN

Jadi, psikopat adalah suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat.  Istilah psikopat sudah tidak digunakan lagi di dalam PPDGJ, istilah pskopat masuk ke dalam gangguan kepribadia antisosial.  Penyebab seorang menjadi psikopat dari berbagai faktor seperti faktor biologis, faktor psikis, sosial, dan spiritualnya.  Biasanya terjadi pada  usia 15 tahun. Anak perempuan biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki biasanya lebih awal. Dan gangguan tersebut lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding wanita.  Seorang psikopat lebih baik di beri terapi kelompok karena lebih dapat menghilangkan gangguan di bandingkan dengan memasukannya ke dalam penjara.  Dalam Al-Qur’an disebutkan dalam surat An-Nissa’ ayat 142 bahwa “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”.  Di surat At-Taubah ayat 64 mengatakan “Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.”.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia (2008). Kenali 11 gejala Psikopat. http://amillavtr.multiply.com.
Diakses 3 Maret 2010.
Sarwono, Sarlito. W., (2008). Antara Psikopat Dan Sosiopat:Kajian Dalam Jurnal-Jurnal Barat. www.ilmupsikologi.com. Diakses 3 Maret 2010.
Kaplan & Sadock (1997). Sinopsis Psikiatri. Edisi ketujuh. Jakarta